Advertise

Slider

HOT

Misteri

Health

Fashion

Kuliner

Video Populer



STORY Mimpiterus.com - Cerita ini bermula dari suatu malam yang seakan mimpi buruk bagi Jeje yang baru saja putus dengan Geo. Mereka memang sudah merasa tidak cocok lagi, sementara itu Jeje lebih memperioritaskan kuliahnya yang telah memasuki babak akhir yaitu membuat skripsi. Geopun sudah merasa sangat bosan dengan Jeje yang cuek terhadapnya, padahal Jejepun sebenarnya juga kurang perhatian dari Geo. Jeje kesal dan kecewa dengan Geo yang keras kepala dan lebih mementingkan egonya, padahal dalam hatinya yang paling dalam dia sangat mencintai Geo lebih dari apapun. Walaupun sudah putus dengan Geo, rasanya Jeje tidak berniat mencari pengganti Geo. Dia lebih memilih fokus pada skripsinya agar dia bisa lulus dengan nilai sempurna dan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk masa depannya.

Ternyata sebenarnya Geo sudah mempunyai kekasih baru dan Jejepun masih mengharapkan Geo kembali padanya. Sebelum Jeje mengetahui hal itu, hari-harinya terasa seperti biasa namun setelah dia mengetahuinya, hatinya mulai terasa dicabik-cabik pisau yang sangat tajam dan siap membunuhnya perlahan-lahan. Dia menangis dan menumpahkan semua kesedihannya didepan meja belajarnya. Laptopnya yang menyala dibiarkan begitu saja. Jeje sangat terkejut ketika mengetahui Geo telah menjalin hubungan dengan rekan kerjanya sebulan yang lalu. Jeje merasa sangat terpukul dan kehilangan semangatnya untuk menyelesaikan kembali skripsinya.

Sabtu pagi Jeje memutuskan untuk pergi bersama teman dekatnya yaitu Wina, mereka pergi ke kafe tempat biasa mereka menghabiskan waktu senggang ketika sudah pulang dari kampus. Disana Jeje mencurahkan semua perasaan hatinya yang sedang kecewa.

“sebenarnya, yang putusin siapa ? kamu atau Geo?” tanya Wina.
“pertamanya Geo marah-marah mulu sama aku, gara-gara katanya aku kurang perhatiin dia padahal aku lagi fokus sama skripsiku dan aku juga bilang ke dia kalau aku juga bosan sama sikap dia yang egois dan juga gak perhatian lagi sama aku, tapi dia jawab itu semua karna aku yang berubah” jawab Jeje sambil menangis.
“mungkin kalian emang udah gak cocok lagi. Kalaupun kalian memang jodoh suatu saat juga balik lagi, aku yakin deh” seru Wina berusaha menenangkan Jeje.
“tapi Win, dia kan udah punya pacar dan semakin kecil kesempatan aku. Apalagi Geo kayanya sayang banget sama pacar barunya”
“Je, cinta itu gak akan menutup kemungkinan apapun. Dunia ini sempit Je dan gak ada yang mustahil kalau kamu berusaha dan yakin”
Jeje mulai tenang dan menyeka air matanya “makasih ya Win, kamu benar”
Mulai saat itu Jeje selalu meyakinkan dirinya bahwa suatu saat nanti dia akan kembali pada Geo. memang hatinya hanya ada Geo seorang dan dia tidak pernah ada niat sekecil apapun mencari pengganti Geo apalagi menghapus Geo dari hatinya. Menurutnya Geo seperti pensil warna yang selalu mewarnai hatinya.

Walaupun kini Geo milik orang lain Jeje masih berharap dan yakin suatu saat nanti Geo akan menjadi miliknya lagi dan membuat hari-harinya indah seperti dulu.
Jeje sangat merindukan sosok Geo yang dulu selalu menghiburnya dengan candaan yang konyol dan sedikit gila, Geo sangat pandai bernyanyi dan membuat Jeje sangat merasa nyaman berada didekatnya dan Geopun hafal semua daftar favourite Jeje. Mulai dari makanan, minuman, warna, tempat, lagu dan idola. Dulu, Geo seperti buku harian berjalan bagi Jeje. Geo tidak pernah lelah mendengar keluhan Jeje, mendengar cerita senangnya Jeje dan Geo tidak pernah sekalipun genit dengan cewek manapun ketika berada didekat Jeje maupun berada jauh dari Jeje. Tapi satu hal kekurangan dari Geo yaitu egois. Geo tidak suka kalau Jeje tidak mendengarkan kata-katanya, Geo membenci Jeje ketika jalan dengan teman cowok tanpa sepengtahuannya, dan Geo sangat posesif pada Jeje. Kemanapun Jeje pergi, sebelumnya harus memberitahukan Geo dan apapun yang Jeje ingin lakukan harus sesuai izinnya. Walaupun Geo yang selalu membuatnya pusing kepala, tapi dibalik itu semua Jeje sadar bahwa Geo sangat mencintainya. Tapi itu semua seakan mengikis dan tak berbekas ketika Geo telah menemukan kekasih baru.

Air mata Jeje jatuh ketika memandang foto Geo. Setiap malam sebelum tidur, dia selalu memandangi foto Geo. “Geo, seandainya kamu tahu. Aku sangat menyesal telah membiarkan kamu pergi. Aku harap kamu tahu, disini aku kesepian dan sangat merindukan kamu” gumam Jeje. Sebelum matanya terpejam, tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk. Jeje segera membuka pintu kamarnya dan melihat mama yang berdiri sambil membawa sebuah plastik belanjaan yang terdapat nama merk pakaian yang terkenal.

“hay sayangggg, mama pulang. Ini oleh-oleh untuk kamu” seru mamanya sambil mencium kening Jeje dan menyodorkan plastik belanjaan tersebut.
“aku kangen banget sama mama, udah sebulan ya kira-kira mama di Amerika” manja Jeje.
“maaf ya sayang, semua inikan untuk pekerjaan. Kalo mama gak kerja siapa nanti yang biayain kamu kuliah?”
Jeje terhenyak “aku bangga deh sama mama, setelah kepergian papa, mama berusaha jadi dua sosok sekaligus untuk aku”
“tapi maaf ya, mama jadi jarang dirumah untuk kamu. Pekerjaan mama sangat banyak sayang dan mama juga lagi buat bisnis baru jadi sepertinya sampai akhir tahun mama sangat sibuk”
“tapi nanti mama bisa dateng kan di acara wisudaan aku?”
“nanti mama usahain ya sayang, sekarang kamu tidur gih”

Jeje hanya bisa mengembangkan senyumnya dan kembali naik ke ranjang. Tinggal beberapa minggu lagi dia sudah di wisuda dan mendapatkan gelar sarjana, setelah sukses berjuang menyelesaikan skripsinya walaupun terganggu dengan pikirannya tentang Geo tapi dia berhasil melewati sidangnya. Dalam hati Jeje masih berharap akan kembali ke pelukan Geo karna Jeje sangat mencintai Geo. Selama ini dia berjuang untuk mendapatkan nilai yang bagus agar Geo bisa bangga dengannya dan juga membanggakan mamanya.

Dan pada saat harinya datang dimana Jeje mengenakan baju toga. Air matanyapun meluncur perlahan dan membasahi wajahnya yang dipenuhi make-up. Dia terlihat gagah dan sangat cantik. Dia berusaha untuk terus tersenyum walaupun sebenarnya dia sedang kecewa karna mamanya tidak bisa datang dihari itu dan tidak ada satupun keluarga Jeje yang datang pada saat itu.
“Je, keluarga kamu gak ada yang dateng?” tanya Wina dengan lembut.
Jeje menggelengkan kepala “mama aku kerja dan saudaraku kan kebanyakan tinggal di bandung”
“terus kamu gak foto disaat moment seperti ini?”
“pasti dong, aku mau foto sama kamu” Jeje tersenyum lebar.
Kini Jejepun sudah resmi menjadi sarjana kedokteran dan ingin mendirikan klinik sendiri dirumahnya. Ada keinginan untuk melanjutkan kuliahnya lagi tapi sepertinya Jeje ingin mengumpulkan biaya sendiri untuk kuliahnya nanti. Dia tidak ingin membebani mamanya. Jeje ingin mamanya meringani pekerjaannya bahkan berhenti bekerja dan ini saatnya Jeje yang bekerja keras, tapi ternyata mamanya tetap ingin bekerja sampai dia pensiun nanti.

Setelah ini, Jeje benar-benar tidak tahu harus berbuat apa untuk perasaannya. Dia ingin sekali kembali pada Geo tapi apa yang harus dia lakukan? Tidak mungkin tiba-tiba dia datang dihadapan Geo dan meminta untuk kembali padanya sementara Geo masih menjalin hubungan dengan Sarah. Tapi ternyata Geo ingin bertemu dengan Jeje, diluar dugaan Jeje kalau Geo ingin menemuinya.
Minggu malam Geo dan Jeje sepakat untuk bertemu di sebuah restauran yang tidak jauh dari rumah Jeje. Malam itu Jeje ingin terlihat cantik didepan Geo dan ingin mengungkapkan perasaannya ke Geo dan ternyata Geopun ingin memberitahukan sesuatu pada Jeje.
Saat Jeje masuk ke dalam restauran dia mulai berjalan perlahan menuju sebuah meja yang sudah ditempati Geo seorang. Matanya langsung berbinar dan senyumnya tak henti mengembang, jantungnya pun mulai tak menentu detakannya. Rasanya Jeje ingin langsung berlari dan memeluk Geo tapi dia harus terima kenyataan bahwa kini Geo bukanlah kekasihnya.

“hay Geo” sapa hangat Jeje pertama kali.
“hay juga Jeje, kamu cantik banget” Geo memuja.
Geo mempersilahkan Jeje untuk duduk disalah satu kursi meja tersebut dan mereka sedikit gugup dan ada sedikit perasaan yang berbeda.
“Je, selamat ya sekarang kamu udah resmi jadi sarjana kedokteran”
“makasih Ge”
“terus, rencananya kamu mau kerja di puskesmas atau dirumah sakit?”
“emm aku mau buka klinik kecil-kecilan dirumah”
“waah aku boleh kan berobat sama kamu?”
“bolehlah, malah gratis deh untuk kamu tapi obatnya bayar ya. Hehe”
“hahaha itu sama aja dong”

Rasanya Jeje menemukan keceriaannya seperti dulu. Jeje merenung sesaat dan dia masih tidak percaya bahwa Geo sudah tidak lagi menjadi pacarnya. Jeje merasa bahwa Geo terlalu dekat dengannya dan membuat Jeje rindu sekali dengan Geo. Geo yang saat itu terlihat sangat gembira seperti menyimpan sesuatu dan Jejepun ingin mengungkapkan perasaannya.

“Geo, aku mau ngomong sesuatu sama kamu”
“oh ya? Aku juga, makanya aku ajak kamu ketemuan disini. Kalo gitu kamu duluan deh yang ngomong”
“emm kamu ajadeh Ge”
“lady first, please”
Jeje tersenyum dan berusaha tenang “sebenarnya,,aku masih cinta banget sama kamu Ge”
Geo terhenyak “kenapa?” katanya sedikit gugup dan merasa setengah percaya.
“dan memang aku mencintai kamu Ge, waktu kita putus rasanya aku nyesel banget padahal aku gak bisa tanpa kamu. Hari-hari akutuh seakan suram tanpa kamu. Aku mau kita kaya dulu Ge”
“Je, apa kamu tau? Aku udah punya pacar” ucap Geo perlahan dan datar.
“iya aku tau, tapi aku yakin, kamu cuma jadiin dia pelarian dari akukan? Kamu cintanya sama akukan Ge? Jujur ya demi apapun, akutuh gak ada niat untuk buat kamu kecewa dan putusin kamu. Waktu itu aku cuma mau fokus untuk skripsi aku, aku mau membanggakan mama dan almarhum papa aku, juga kamu Ge. Aku berusaha keras untuk fokus sama kuliah aku agar aku bisa sukses dan nikah sama kamu Ge. Dan setelah aku putus sama kamu, aku masih berharap kamu bisa balik sama aku dan melanjutkan hubungan kita” kata Jeje.
Geopun sangat tidak menyangkanya dan termenung sesaat “Je, emangnya gak ada yang lebih baik dari aku?”
“aku rasa gak ada, karna hati aku cukup untuk memilih kamu Ge. Gak ada kepikiran untuk cari pengganti kamu, karna aku cuma cinta sama kamu. Sampai kapapun aku tetap mencintai kamu Ge” Jeje menggenggam tangan Geo.
Geopun luluh “tapi Je, kamu harus terima kenyataan” dengan berat hati Geopun mengatakan “aku mau tunangan sama Sarah, minggu depan dan tiga bulan lagi kita akan…..menikah”

Tiba-tiba Jeje merasa ditikam pisau tajam dari Geo. Air matanyapun seakan berteriak dan sekejap aliran darahnya memebeku. Bibirnyapun terasa kaku untuk bicara. Jeje hanya bisa menangis.
“maaf Je, aku rasa kita harus masing-masing” Geopun tidak sadar mengeluarkan air matanya.
Pada saat hari pertunangan Geopun dia tidak bisa datang karna badannya terasa berat untuk beranjak. Dia sakit. Jeje berusaha untuk mengobati dirinya sendiri, tapi sebenarnya bukan fisiknya yang sakit melainkan hatinya yang sedang sakit parah. Hari demi haripun Jeje merasakan sakit kepala yang teramat sakit dirasakannya. Ternyata dia terkena penyakit vertigo tapi Jeje menganggap penyakitnya tidak terlalu penting. Dia ingin mengumpulkan semangat untuk mendirikan klinik dirumahnya. Dia ingin menyibukkan hari-harinya agar bisa terlupa dengan bebannya dan sakit hatinya.

Tapi beberapa hari kemudian, setelah kliniknya sudah aktif, kesehatannyapun semakin menurun. Tapi Jejepun tidak memperdulikannya, dia ingin terlihat sehat dan ingin membantu orang-orang yang datang ke kliniknya. Jeje memang baik hati, setiap pasiennya tidak dikenakan biaya apapun hanya saja dikenakan biaya dari obatnya saja. Jeje merasa dia tidak perlu uang karna mamanyapun masih bekerja dan masih bisa mengeluarkan sedikit biaya sehari-hari untuknya. Sebenarnya Jeje tahu bahwa penyakitnya sudah sangat parah, tapi Jeje tidak ingin mamanya tahu dan menambahkan beban pikiran mamanya. Jeje berusaha untuk tegar dan kuat melawan penyakitnya. Jeje masih sanggup untuk tersenyum pada pasien-pasiennya.

Tapi pada akhirnya, Jeje pingsan pada saat memeriksa salah satu pasiennya. Dia langsung dibawa kerumah sakit dan mendapatkan perawatan intensif. Setelah dibawa ke ruang rawat inap, belum ada satupun orang yang menjenguknya karna mamanya sedang keluar kota. Ketika mamanya menelfonnya, Jeje berusaha untuk membuat keadaan baik-baik saja, dia tidak ingin membuat mamanya khawatir dan cemas dengan keadaannya. Dan akhirnya ada satu orang pertama yang menjenguknya, dia adalah Wina.

“Win, kalo nanti aku pergi lebih cepat. Tolong ya, kasih surat ini ke Geo. Tapi kamu janji, kasih surat ini pada saat hari pernikahannya berlangsung” pesan Jeje.
Disaat hari pernikahan Geo dan Sarah berlangsung. Sebuah surat yang dibuatkan Jeje untuk Geo sebelum akhirnya dia menghembuskan nafasnya terakhir, menjelaskan bahwa Jeje sangat mencintai Geo sampai akhir waktunya. Ketika Wina menyalami Geo, surat itupun telah dipegang Geo dan Geo tidak membukanya langsung. Pada saat acara resepsi selesai, dia pergi ke kamar kecil untuk membuka surat itu. Dan ternyata isi surat yang ditulis Jeje dua hari yang lalu adalah..

“Aku tahu, ketika kamu buka surat ini kamu sedang berbahagia atas pernikahan kamu. Aku juga ikut senang dan bahagia atas pernikahan kamu dan Sarah. Semoga Sarah menjadi pendamping yang terbaik untuk kamu selamanya. Tapi kamu harus tahu satu hal bahwa aku juga selalu mencintai kamu walaupun sekarang kita sudah berbeda alam dan percayalah aku selalu ada disetiap senyum kamu dan aku selalu abadi untuk kamu”


To Be Continued


Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Post Comments
Viewed Articles

Mimpiterus.com adalah Portal berita masa kini yang menyajikan artikel cerita kehidupan, Bisnis, Fashion, Kesehatan, Travel dan Galeri. Berikan pendapat Anda tentang berita yang Anda baca diatas ini. Terima Kasih.
Show EmoticonHide Emoticon

Thanks For Your Comment Here